Kepler Temukan 11 Tata Surya Baru
Misi
antariksa NASA “Kepler” berhasil menemukan 11 sistem tata surya baru
yang berisikan 26 planet, kata Dinas Luar Angkasa Amerika Serikat itu
dalam satu pernyataan, Kamis.
Penemuan tersebut hampir dua kali lipat
dari jumlah planet yang telah dipastikan dan tiga kali lipat dari
jumlah bintang yang dikitari oleh satu planet. Sistem tersebut akan
membantu para astronom untuk mengerti tentang bagaimana planet membentuk
sebuah tatanan.
Orbit planet-planet itu dekat dengan
bintang yang menjadi pusat tata surya mereka dan ukurannya diperkirakan
satu setengah kali ukuran Bumi bahkan ada yang melebihi ukuran Jupiter.
Lima belas planet diperkirakan berukuran seperti Bumi atau Neptunus.
Pengamatan lebih jauh diperlukan
guna memastikan apakah permukaan planet tersebut solid seperti Bumi atau
berselimut atmosfer tebal seperti Neptunus. Planet-planet tersebut berotasi
mengelilingi mataharinya dalam waktu enam hingga 143 hari. Semuanya berjarak
lebih dekat dari jarak Venus ke Matahari.
“Berdasarkan misi Kepler, kami
mengetahui tentang peluang adanya 500 ekso-planet yang berada di galaksi,” kata
ilmuwan program Kepler, Doug Hudgins, di Markas NASA, Washington.
“Ketika dua tahun ini Anda memandang
bintang di langit yang tak lebih besar dari kepalan tangan anda, Kepler telah
menemukan lebih dari 60 planet dan lebih dari 2.300 calon planet lainnya,” kata
Hudgins.
“Hal itu membuktikan bahwa galaksi
kita berisikan planet berbagai ukurang dan orbit,” katanya. Kepler, yang
diluncurkan pada Maret 2009, dirancang untuk menemukan planet seukuran Bumi
yang berotasi mengelilingi bintang lain. Pesawat luar angkasa itu menggunakan
kamera digital berukuran besar, yang disebut photometer, untuk memantau tingkat
pancaran cahaya lebih dari 1.500 bintang yang berada dalam medan pandangannya
ketika pesawat itu mengelilingi matahari.
Kepler memindai jarak tata surya
tersebut dengan mencari “titik singgah”, yang dicapai planet ketika melewati
sebuah bintang, sehingga menyebabkan planet itu meredup. Tingkat keredupan itu
menjadi patokan untuk pengukuran planet yang dibandingkan dengan mataharinya
itu. (TRIBUNNEWS.COM)
Kecanduan Internet Picu Kerusakan Otak
Majunya
perkembangan teknologi membuat seseorang menjadi kecanduan internet.
Candu terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang dihabiskan
seseorang untuk duduk manis di depan komputer atau segala macam alat
elektronik yang memiliki koneksi internet.
Kecanduan ini tak hanya sekedar membuat
stres, menutupi diri dari lingkungan sosial dan membuat Anda selalu
kurang tidur, tapi sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pecandu
internet berisiko memiliki perubahan otak, yang sama dengan mereka yang
kecanduan akan narkoba atau alkohol.
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Hao Lei dari Chinese Academy of Sciences, Wuhan, melakukan scan
otak terhadap 17 remaja, berusia 14-21 tahun yang diduga menderita
kecanduan internet, atau dikenal dengan istilah internet addiction
disorder (IAD).
Masing-masing partisipan harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti, seperti “Apakah Anda berulang
kali melakukan upaya untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan
internet?”
Para peneliti membandingkan scan otak remaja
tersebut dengan 16 orang remaja yang tidak mengalami kecanduan internet pada
usia dan jenis kelamin yang sama.
Hasil temuan yang dipublikasikan dalam jurnal
PLoS One, menemukan bahwa remaja yang kecanduan internet memiliki kerusakan di
materi putih otaknya, sebuah bagian otak yang mengandung serat saraf yang
menghubungkan antara sel-sel tersebut.
Remaja yang memilki gangguan IAD secara
signifikan merusak materi putih otak yang menghubungkan bagian otak lainnya,
yang memainkan peran penting dalam pengolahan emosi, perilaku kecanduan,
kompulsif dan sulit mengambil keputusan.
Para ilmuwan menduga kerusakan tersebut
disebabkan oleh terganggunya mielin, selubung lemak yang membantu kerja saraf.
Rusaknya selubung tersebut mengganggu komunikasi dalam otak sehingga seseorang
berpikir perilakunya berharga dan harus diulangi terus menerus. Kerusakan
inilah yang menjadi cikal bakal dari berbagai jenis kecanduan. (Ghiboo.com)
Ditemukan, Penyebab Kemusnahan Massal di Bumi
Peneliti telah mengetahui banyak tentang kejadian pemusnahan terbesar yang terjadi di bumi yang berlangsung sekitar 250 juta tahun lalu. Mulai dari letusan vulkanik sampai penurunan suhu ekstrim. Ketika itu, perubahan iklim drastis telah menghapus hampir seluruh spesies air dan mayoritas spesies darat.Namun kini mereka mendapati tersangka baru yang kemungkinan terlibat dalam penghancuran tersebut. Yakni masuknya merkuri ke dalam ekosistem. Sebelumnya, tidak ada yang pernah memperhatikan apakah merkuri merupakan faktor penyebab potensial.
“Masa itu merupakan masa di mana aktivitas vulkanik sedang mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah Bumi. Kini kami mengetahui bahwa penyebab utama tumpahnya merkuri adalah letusan vulkanik,” kata Steve Grasby, peneliti dari Natural Resources Canada, dikutip dari Science Daily, 7 Januari 2012.
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Geology, Grasby menyebutkan, pihaknya memperkirakan bahwa merkuri yang dilepaskan ke permukaan Bumi ketika itu 30 kali lipat lebih tinggi dibandingkan aktivitas vulkanik yang terjadi di masa kini. Itu membuat letusan vulkanik 250 juta tahun lalu menjadi kejadian yang sangat menghancurkan.
Seperti diketahui, sekitar 250 juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus berkuasa dan seluruh daratan masih bergabung dalam satu benua tunggal, mayoritas kehidupan di laut dan di darat musnah.
Teori yang masuk akal adalah bahwa letusan vulkanik membakar hingga lapisan batu bara di kerak Bumi dan melepaskan asap CO2 dan racun mematikan lainnya ke udara. Bukti langsung dari teori ini telah dipaparkan pula oleh Grasby, Januari tahun lalu di jurnal Nature Geoscience.
Namun demikian, tingkat deposit merkuri di era Permian akhir ternyata jauh lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan emisi merkuri yang disebabkan oleh ulah manusia.
Dalam beberapa kasus, tingkat merkuri di lautan era Permian akhir serupa dengan tingkat merkuri di kolam yang sangat terkontaminasi, di sekitar pabrik peleburan di mana sistem perairan kawasan itu rusak sangat berat,” ucap Grasby.
Di masa tersebut, sistem pertahanan alami di lautan dan darat menjadi overload dengan merkuri. “Ini menyebabkan hilangnya hingga 95 persen kehidupan di laut,” kata Grasby. (umi)
Robot Terbang UGM Raih Medali Emas Olimpiade Robot Internasional
YOGYAKARTA
– Tim Robot Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil meraih
medali emas dalam ajang Olimpade Robot Internasional (ORI) ke-13 di
Universitas Tarumanegara, yang digelar 15-17 Desember 2011 lalu.
Olimpade sendiri diikuti sekitar 100 tim
dari 13 negara di dunia. Negara tersebut antara lain dari Kanada, Korea
Selatan, Filipina, Singapura, Jepang, Cina, Indonesia, Malaysia, USA,
New Zealand, dan tiga negara lain.
Tim Robot UGM yang bernama Tim Boyo
Instrument (TBI) ini berhasil menang dalam kategori kreatif robot. Tim
ini membuat dua robot dalam kontes tersebut, yaitu robot
terbang/Quadcopter yang benama Sipitung dan robot mobil/Explorer Bot
yang diberinama Paijo.
“Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami,
karena ternyata UGM bisa mengalahkan tim lain dari negara-negara lain di
dunia,” ungkap Ketua Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika (JIKE) FMIPA UGM,
Jazi Eko Istiyanto.
Menurut dosen pembimbing TBI, Ilona Usuman,
Quadcopter merupakan robot terbang yang dapat membawa muatan berupa robot
mobil. Dua robot ini bisa terbang ke titik-titik bencana dan memantau kondisi
di atasnya. “Ide dasarnya adalah bagaimana kita bisa menciptakan robot yang
bisa memantau apakah ada korban yang selamat di daerah bencana atau tidak,”
jelasnya.
Robot mobil bisa menyelusup ke puing-puing
reruntuhan gedung untuk mendeteksi adanya korban bencana yang selamat. Dua robot
ini didesain untuk mendeteksi korban bencana akibat gempa dan letusan gunung
berapi. “Selama ini, upaya penyelamatan korban bencana di Indonesia terkendala
cuaca sehingga pesawat terbang biasa tidak bisa menjangkau. Robot ini salah
satu solusinya,” kata Ilona.
Anggota TBI, Christina Antonia LP, mengatakan
kelebihan robot UGM sehingga menang dalam kontes internasional tersebut, selain
bisa terbang, robot ini juga diciptakan dari bahan daur ulang dengan harga
murah. Robot itu juga telah memadukan dua sensor sekaligus yaitu sensor gyro
dan sensor akselerometer.
Gyro merupakan sensor penyetabil dan refleksi
percepatan sudut. Sedangkan sensor akselerometer untuk kontrol kemiringan yang
digunakan untuk robot terbang. “Kita memanfaatkan bahan-bahan murah yang sudah
tidak digunakan seperti alumunium jemuran dan teralis jendela untuk badan robot
terbang. Selain itu batere yang menggerakkan juga batere jemuran. Hanya sensor
elektrik saja yang menurutnya dibeli dari luar negeri,” papar Christina.
TBI menghabiskan dana sekitar Rp 8,8 juta untuk
membuat robot tersebut. Dan mereka juga tengah berusaha memperoleh hak paten
atas karya ini. (REPUBLIKA.CO.ID)
Headphone Ini Bisa Menyamar Menjadi Rambut
Ada-ada saja variasi aksesori dari teknologi sekarang. Kali ini sebuah headphone
yang didesain mirip dengan rambut salah satu karakter film Star Wars.
Sebagian dari kita tentunya mengenal karakter Princess Leia yang tampil
dengan ciri khas gaya rambutnya yang unik.
Dengan harga sekitar $ 24, headphone ini
diberi nama Galactic Princess Headphone Covers sesuai dengan karakter
rambut Princess Leia di film Star Wars. Sama seperti headphone biasa lainnya, hanya dengan desain yang disesuaikan dengan warna rambut tentu bisa menjadikan headphone ini bukanya sekedar headphone biasa. Terbukti dari warna headphone
ini yang juga cukup unik, karena tersedia dalam tiga varian warna
rambut, yaitu cokelat, merah dan warna pirang. Dan tentunya diantara
kita headphone ini akan bisa berubah menjadi ‘bunglon’ di rambut kita.
Setidaknya jika kita
ingin menghadiri acara resmi atau formal, headphone ini
bisa menjadi aksesoris tersendiri. (Ghiboo.com)
K-MAX, Helikopter Tanpa Awak
Kini
helikopter pun sudah tanpa awak. Militer AS telah menguji helikopter
tanpa awak untuk beroperasi di zona perang di Afghanistan pada 17
Desember 2011. Helikopter canggih bernama K-MAX itu merupakan buatan
Lockheed Martin/Kaman. Selama ini pabrik tersebut juga dikenal sebagai
produsen pesawat tempur. Sesuai dengan namanya, K-MAX mampu terbang jauh
membawa beban kargo. K-MAX akan bertugas mengantarkan pasokan ke
pasukan AS di Afghanistan.
Mau tahu daya angkutnya? K-MAX sanggup
mengangkut pasokan amunisi seberat 3,5 ton dan menjelajah sejauh 403 km.
Saat tiba di lokasi tujuan, kargo akan diturunkan secara otomatis
bahkan dalam lingkungan yang bervariasi. Meski tangguh, K-MAX tidak
dirancang untuk menghadapi konfrontasi dengan musuh. Tapi setidaknya,
helikopter tanpa awak ini menjadi aset berhaga untuk menghindari
konfrontasi pasukan saat mengirim pasokan di darat. Para pejabat
militer AS berencana memfokuskan K-MAX agar bisa terbang
lebih tinggi dan beroperasi di malam hari. (Ghiboo.com)
Wahana Luar Angkasa Penjelajah Bulan Saturnus
Sekilas,
benda ini mirip seperti pesawat tanpa awak Amerika Serikat yang menjadi
mata-mata udara. Tapi jangan salah, benda yang dinamakan Aviatr ini
merupakan wahana luar angkasa untuk menyelidiki bulan terbesar milik
planet Saturnus, Titan.
Wahana seharga US$715 juta ini sangat diandalkan untuk mempelajari
Titan, yang masih misterius karena atmosfernya yang berawan tebal. The
Aviatr akan mengambil foto 3D permukaan Titan, sehingga para ilmuwan
bisa mengetahui kondisi geologinya.Setelah mengelilingi Titan, misi akhir pesawat berbobot 120 kg ini adalah menukik dan mendarat di salah satu bukit berpasir Titan. Selain kondisi permukaannya yang berpasir, para ilmuwan belum bisa memecahkan apa yang terbentang di permukaan Titan.
Para ilmuwan percaya Titan secara unik memiliki kecocokan dengan wahana angkasa yang berat, sebab gravitasinya yang rendah. Tapi atmosfernya tebal, sehingga wahana berbobot tebal bisa mengangkasa lama.
Tidak seperti balon, Aviatr memungkinkan para peneliti untuk mengendalikan ketinggiannya. Aviatr juga dapat membangun semacam perpustakaan yang berisi gambar-gambar 3D dari permukaan dan cuaca di Titan.
Titan memiliki volume yang lebih besar dari bulan Bumi, bahkan lebih besar dari Merkurius. Temperatur di permukaannya sekitar -178 178 centigrade.
Aviatr akan mampu bergerak cepat. Wahana berbahan bakar plutonium ini juga akan lama digunakan untuk mengawasi sisi siangnya, untuk mengambil foto permukaan.
Seperti pesawat yang ada di Bumi, Aviatr juga memiliki ‘safe mode’. Dengan demikian Aviatr mampu diam di atmosfer Titan jika diperlukan, sehingga tidak merusak jaringan komunikasinya. (Daily Mail, umi)
Sumber : Journalist Club Sisma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar